A. Pengertian Tosalama
Tosalama berasal dari bahasa pattae (Polewali Mandar) yg terdiri dari 2 kata, yaitu kata To dan kata salama. To berarti orang-orang, sedangkan salama berarti selamat, jadi tosalama ialah orang-orang yang selamat.
Tosalama adlah sebutan bagi
masyarakat sekitar sebagai orang yang selamat karena memeluk agama islam.
Sebelum islam datang di polewali mandar khususnya bagian desa batetangnga, kec.
Binuang masyarakat ini sebelumnya tidak mengenal islam.
Tosalama juga sangat erat kaitannya
dengan pulau tangnga yang sekarang telah berubah nama menjadi pulau tosalama. Nama pulau ini berubah nama dikarenakan
seorang penyebar islam di pesisir pantai kec. Bunuang ini dimakamkan d pulau
ini. Makam ini pun di anggap sakral oleh masyarakat setempat dan sipercaya dapat
mengabulkan do’a bagi para peziarahnya dan sebagai tempat bernazar. Ratusan
bahkan ribuan peziarah datang dari berbagai darah di indonesia bahkan dari
negara luar telah datang ke makam ini untuk berziarah sekaligus melakukan
ritual Ma’baca, biasanya para peziarah membawa makanan seperti sokko, telur,
ayam, pisang dan lain-lain. Para peziarah juga membawa hewan sebagai
persembahan kepada makam seperti hewan ayam, kambing, sapi, dan kerbau, dan
kemudian hewan tersebut d sembelih d sekitar makam dan kemudian di kelolah
untuk bahan melakukan ritual ma’baca tersebut. Ada juga masyarakat yang
langsung melepaskan hewan tersebut di sekitar makam tersebut.
Menurut Hasan Dalle selaku tokoh
masyarakat mengatakan bahwa kebiasaan masyarakat yang membawa makanan atau
hewan ke makam tersebut di anggap musyrik dikarenakan mereka telah terlalu
berlebihan berziarah di makam keramat tersebut, menurutnya di sekitar makam
tersebut telah dihuni oleh makhluk ghaib jahat yang bertujuan untuk menyesatkan
manusia. Menurut beliau juga bahwa tidak salah apabila berziarah ke makam
tersebut tapi jika niatnya salah hanya untuk meminta-minta kepada makam maka
itu syirik, ungkap beliau.
Selain kebiasaan Ma’baca ada juga
kebiasaan masyrakat yang disebut dengan Massampo. Massampo adlah kegiatan yang
sakral kepada makam seperti menaburkan uang koin ke makam, meninggalkan uang
ratusan ribu sampe jutaan rupiah sebagai nazar, membungkus batu nisan dengan
kain kafan kemudian di taburi minyak wangi, menaburkan potongan daun pandan ke
makam dan bunga-bunga lain, inilah yang disebut dengan massampo.
Masyarakat mempercayai ketika ada
masyarakat yang bernazar dan terkabulkan do’anya kemudian tidak pergi berziarah
untuk membawakan seekor kambing maka akan mengalami Mabusung (kesialan) yang
sangat aneh. Dari ungkapan juru Kunci makam tersebut masyarakat yang mengalami
mabusung karena lupa untuk membawakan kambing karena nazarnya telah terpenuhi
maka akan mengalami penyakit yang aneh dan bahkan kematian yang aneh.
B. Makam Tosalama
Menurut cerita
masyarakat tidak ada yang tau persis proses pemakaman seorang ulama besar
penyebar islam ini. Namun kebanyakan masyarakat memmpercayai bahwa proses
pemakaman ini sangat berbeda dengan proses pemakaman yang lain karena jenazah
beliau tidak di makam kan di tanah dan tidak juga dimakam kan di dalam air. Hal
ini dilakukan mengingat pesan beliau sebelum wafat agar tidak dimakam kan di
atas daratan dan tidak pula dimakam kan di laut. Tidak ada yang tau persis
mengap beliau tidak mau dimakamkan di air dan tidak pula dimakam kan di tanah.
Ada yang cukup menghebohkan dari Makam tersebut,
setiap tahun makam itu selalu mengalami perubahan. Dari Narasumber yang kami
datangi mengatakan Bahwa dahulunya Makam ini sangat rendah tapi karena waktu
yang terus berjalan maka makam ini pun mengalami perubahan. pucuk bukit
terdapatlah Makam tersebut. Menurut Peziarah yang sering berziarah, tiap tahun
bukit ini selalu meninggi. Hal ini dikarenakan mengingat pesan-pesan beliau
sebelum meninggal bahwa jika ajaran yang dibawakannya ini benar maka makamnya
akan di angkat oleh Allah swt dan pesan beliau telah terbukti makamnya
terangkat ke atas.
C. Sejarah Awal Mula makam Tosalama
Penghuni makam
tersebut adalah seorang ulama pembawa agama islam di pesisir pantai kec.binuang
sekitar 3 abad yang lalu. beliau bernama Syekh Abdul Rahim Kamaruddin yang
lebih akrab disapa Syekh Al Ma’ruf. Menurut Juru Kunci beliau berasal dari arab
Saudi yang menepi di pulau karamasan bersama 2 orang muridnya, tapi menurut
sejarawan pesisir bahwa tidak ada seorangpun yang datang dari arab saudi
lansung berada di sulawesi, hal ini dikarenakan setiap bangsa arab yang datang
pasti melalui jalur barat indonesia atau yang dikenal di daerah Aceh.
Syekh Abdul Rahim Kamaruddin
diketahui keberadaannya di pesisir pantai ketika beliau sedang melaksanakan
shalat dhuhur di atas ujung pulau karamasan, seorang nelayan yang sedang
mencari ikan di laut melihat seseorang sedang melakukan gerakan-gerakan yang
sangat aneh karena beliau sedang melaksanakan shalat. Hal ini membuat nelayan
kaget dikarenakan gerakan tersebut tidak pernha dilihatnya sebelumnya dan
gerakan tersebut dilakukan secara berulang-ulang.
Nelayan yang merasa penasaran
tersebut kemudian melaporkannya kepada Raja Binuang, penguasa pada daerah
pesisir pantai tersebut. Syekh Abdul Rahim Kamaruddin pun didatangi dan dibawah
ke kerajaan. Sang raja yang penasaran tersebut bertanya tentang apa yang
dilakukannya di atas bukit pulau karamasan itu. Syekh Abdul Rahim Kamaruddin
menjawab kalau itu adalah gerakan keselamatan dan beliau mengakui membawa
ajaran keselamatan bagi seluruh masyarakat pesisir. Sang raja yang masih
ragu-ragu dengan pernyataan Syekh Abdul Rahim Kamaruddin pun diberikan ujian
oleh sang raja diantaranya:
1.
Berjalan
di atas air
2.
Melakukan
gerakan shalat di atas daun pisang yang masih berdiri tegak
3.
Menggenggam
bara api
4.
Berjalan
di tiang pohon kelapa
Dengan semua perintah sang raja,
Syekh Abdul Rahim Kamaruddin pun dengan pertolongan yang maha kuasa mampu melaksanakan
ujian sang raja tanpa kesulitan sedikitpun. Hal inilah yang kemudian menjadi
karamah bagi Syekh Abdul Rahim Kamaruddin selama hidupnya untuk membuktikan
bahwa ajaran yang dibawakannya adalah ajaran keselamatan.
Setelah wafatnya beliau para murid
dan tokoh nmasyarakat pada saat itu kebingungan bagaimana cara memakamkan
beliau yang tak mau dimakamkan di daratan dan juga di air, setelah berbincang
dan berdiskusi yang cukup lama akhirnya
diputuskan jenazah beliau.
D. Prosen pemakaman
Kematian Syekh Abdul Rahim
Kamaruddin meninggalkan kesulitan bagi para jamaahnya, dikarenakan tak
seorangpun tahu dimana beliau akan dimakamkan mengingat pesan beliau sebelum
wafat sebagai berikut:
1.
Syekh
Abdul Rahim Kamaruddin tak ingin dimakamkan di daratan
2.
Syekh
Abdul Rahim Kamaruddin tak ingin di makamkan di laut
Hal inilah yang membuat jamaah
dan sang raja bingung atas jenazahnya dan mengadakan perundingan tentang dimana
beliau akan dimakamkan. Perundingan ini berlangsung secara lama, busuk atau
berbau. Setelah hasil perundingan maka tokoh masyaarakatpun menyimpulkan bahwa
jenazah beliau akan dimasukkaan kedalam peti, peti itu pun diletakkan di atas
sebuah pohon yang berbatang banyak tapi satu pohon yang memungkinkan peti
jenazah tersebut dapat disimpan di atasnya.
Hal ini dilakukan dikarenakan mengingat pesan beliau untuk tidak
dimakamkan di atas daratan dan tidak pula dimakamkan di air, sehingga jenazah
beliau diletakkan di atas pohon yang memiliki batang lebih dari satu. Meskipun
pemakamannya berbeda dari pemakaman pada umumnya namun pemakaman beliau tidak
melanggar syariat islam, hal itu dikarenakan di dalam peti tersebut telah
dimasukkan tanah sebagai perantara jenazah beliau untuk tetap di makamkan
bersama dengan tanah meskipun tidak berada di daratan.
Jenazah beliau yang diletakkan di
atas pohon bangko tersebut hidup di laut sekitar 20 meter dari pinggir pantai
pulau tangnga yang memungkinkan jenazah beliau dijauhkan dari daratan. Pulau ini dikatakan pulau tangnga karena posisinya
berada ditengah pulau battoa dan pulau karamasan. Pulau tangnga berada sekitar
3 km dari pulau karamasan dan daratan pulau sulawesi.
E. makam tosalama dimata masyarakat
makam tosalama
yang dulunya hanya di letakkan diatas pohon bangko di laut tersebut lambat laun
membentuk sebuah bukit yang mengangkat peti jenazah Syekh Abdul Rahim
Kamaruddin. Bukit ini terbentuk dari sarang ratusan kepiting yang berada
disekitar peti makam jenazah, maka lambat laun peti ini kemudian tersentuh
tanah dan ditenggelamkan oleh bukit itu. Juru kunci makam tosalama mengatakn
bahwa tiap tahun bukit makam ini selalu meninggi. Ketinggian makam ini
dikarenakan semasa hidup Syekh Abdul Rahim Kamaruddin pernah berkata kepada
jama’ah bahwa jika ajaran yang dibawanya itu adalah ajaran keselamatan
fiiddunnya wal akhirah, maka makamnya nati akan di angkat dan ditinggikan oleh
Allah swt.
Saat ini makam ini dianggap masih
dapat memberikan keselamatan bagi masyarakt dengan mendatangi makam tersebut
dan melakukan kegiatan Massampo di batu nisan makam itu. Tidak ada masyarakat
yang berani melanggar pantangan makam ini karena akibatnya sangat fatal bahkan
sampai kematian yang tidak wajar. Berita tentang makam ini pun tersebar di
seluruh indonesia dan bahkan sampai ke luar negeri. Para peziarah yang datang
dari belahan dunia berjumlah 2000 peziarah tiap tahunnya dengan membawa uang,
makanan untuk kegiatan ma’baca, berzikir, dan membawa hewan seperti kambing,
sapi atau ayam. peziarah ini datang untuk bernazar dan mengadu nasib di makam
ini.
F. Hubungan agama dan kebiasaan
masyarakat pesisir
Masyarakat yang pada umumnya
sekitar pesisir pantai selalu melakukan Massampo di makam tosalama dan
berziarah di makam tersebut. Hal ini yang dikhawatirkan oleh tokoh agama
sekitar adalah kegiatan Syirik karena meminta kepada selain Allah dengan
memotong hewan seperti kambing, ayam bahkan sapi. Tetapi menurut tokoh
masyarakat setempat kegiatan tidak dinilai syirik jika kegiatan tersebut tidak
berlebihan, jika hanya berniat untuk berziarah itu boleh-boleh saja.
Hal inilah yang membuat Almarhum
Iskandar seorang warga Muhammadiyah dari binuang mendatangi Makam tersebut dan
menghancurkan batu pembatas makam tosalama kemudian membuangnya ke laut. Namun
kejadian aneh terjadi, batu yang tengah dihancurkan dan dibuang ke laut itu
kembali ke tempat semula namun dalam kondisi yang sudah tidak bersambung lagi.
Atas kelakuan Iskandar seorang warga muhammadiyah yang menganggap tempat itu
adalah tempat kegiatan syirik mengalami sakit yang cukup mengherankan. Beliau
mengalami sakit perut yang sangat hebat dan kepala beliau berputar 90 derajat
kebelakang. Iskandar pun meminta maaf kepada makam Tosalama dan membawakan
seekor kambing untuk disembelih di makam tersebut, atas permohonan maaf
tersebut Iskandar yang dulunya sakit keras kini telah pulih dan tak berani
menghancurkan makam itu lagi.
January 06, 2018
0 comments:
Post a Comment