Saturday, January 6, 2018

Budaya dan Makam To Salama di Kecamatan Binuang

Posted by with No comments
A.     Pengertian Tosalama


Tosalama berasal dari bahasa pattae (Polewali Mandar) yg terdiri dari 2 kata, yaitu kata To dan kata salama. To berarti orang-orang, sedangkan salama berarti selamat, jadi tosalama ialah orang-orang yang selamat.
            Tosalama adlah sebutan bagi masyarakat sekitar sebagai orang yang selamat karena memeluk agama islam. Sebelum islam datang di polewali mandar khususnya bagian desa batetangnga, kec. Binuang masyarakat ini sebelumnya tidak mengenal islam.
            Tosalama juga sangat erat kaitannya dengan pulau tangnga yang sekarang telah berubah nama menjadi pulau tosalama.  Nama pulau ini berubah nama dikarenakan seorang penyebar islam di pesisir pantai kec. Bunuang ini dimakamkan d pulau ini. Makam ini pun di anggap sakral oleh masyarakat setempat dan sipercaya dapat mengabulkan do’a bagi para peziarahnya dan sebagai tempat bernazar. Ratusan bahkan ribuan peziarah datang dari berbagai darah di indonesia bahkan dari negara luar telah datang ke makam ini untuk berziarah sekaligus melakukan ritual Ma’baca, biasanya para peziarah membawa makanan seperti sokko, telur, ayam, pisang dan lain-lain. Para peziarah juga membawa hewan sebagai persembahan kepada makam seperti hewan ayam, kambing, sapi, dan kerbau, dan kemudian hewan tersebut d sembelih d sekitar makam dan kemudian di kelolah untuk bahan melakukan ritual ma’baca tersebut. Ada juga masyarakat yang langsung melepaskan hewan tersebut di sekitar makam tersebut.
            Menurut Hasan Dalle selaku tokoh masyarakat mengatakan bahwa kebiasaan masyarakat yang membawa makanan atau hewan ke makam tersebut di anggap musyrik dikarenakan mereka telah terlalu berlebihan berziarah di makam keramat tersebut, menurutnya di sekitar makam tersebut telah dihuni oleh makhluk ghaib jahat yang bertujuan untuk menyesatkan manusia. Menurut beliau juga bahwa tidak salah apabila berziarah ke makam tersebut tapi jika niatnya salah hanya untuk meminta-minta kepada makam maka itu syirik, ungkap beliau.
            Selain kebiasaan Ma’baca ada juga kebiasaan masyrakat yang disebut dengan Massampo. Massampo adlah kegiatan yang sakral kepada makam seperti menaburkan uang koin ke makam, meninggalkan uang ratusan ribu sampe jutaan rupiah sebagai nazar, membungkus batu nisan dengan kain kafan kemudian di taburi minyak wangi, menaburkan potongan daun pandan ke makam dan bunga-bunga lain, inilah yang disebut dengan massampo.
            Masyarakat mempercayai ketika ada masyarakat yang bernazar dan terkabulkan do’anya kemudian tidak pergi berziarah untuk membawakan seekor kambing maka akan mengalami Mabusung (kesialan) yang sangat aneh. Dari ungkapan juru Kunci makam tersebut masyarakat yang mengalami mabusung karena lupa untuk membawakan kambing karena nazarnya telah terpenuhi maka akan mengalami penyakit yang aneh dan bahkan kematian yang aneh.
B.     Makam Tosalama
Menurut cerita masyarakat tidak ada yang tau persis proses pemakaman seorang ulama besar penyebar islam ini. Namun kebanyakan masyarakat memmpercayai bahwa proses pemakaman ini sangat berbeda dengan proses pemakaman yang lain karena jenazah beliau tidak di makam kan di tanah dan tidak juga dimakam kan di dalam air. Hal ini dilakukan mengingat pesan beliau sebelum wafat agar tidak dimakam kan di atas daratan dan tidak pula dimakam kan di laut. Tidak ada yang tau persis mengap beliau tidak mau dimakamkan di air dan tidak pula dimakam kan di tanah.
Ada yang  cukup menghebohkan dari Makam tersebut, setiap tahun makam itu selalu mengalami perubahan. Dari Narasumber yang kami datangi mengatakan Bahwa dahulunya Makam ini sangat rendah tapi karena waktu yang terus berjalan maka makam ini pun mengalami perubahan. pucuk bukit terdapatlah Makam tersebut. Menurut Peziarah yang sering berziarah, tiap tahun bukit ini selalu meninggi. Hal ini dikarenakan mengingat pesan-pesan beliau sebelum meninggal bahwa jika ajaran yang dibawakannya ini benar maka makamnya akan di angkat oleh Allah swt dan pesan beliau telah terbukti makamnya terangkat ke atas.
C.     Sejarah Awal Mula makam Tosalama
Penghuni makam tersebut adalah seorang ulama pembawa agama islam di pesisir pantai kec.binuang sekitar 3 abad yang lalu. beliau bernama Syekh Abdul Rahim Kamaruddin yang lebih akrab disapa Syekh Al Ma’ruf. Menurut Juru Kunci beliau berasal dari arab Saudi yang menepi di pulau karamasan bersama 2 orang muridnya, tapi menurut sejarawan pesisir bahwa tidak ada seorangpun yang datang dari arab saudi lansung berada di sulawesi, hal ini dikarenakan setiap bangsa arab yang datang pasti melalui jalur barat indonesia atau yang dikenal di daerah Aceh.
Syekh Abdul Rahim Kamaruddin diketahui keberadaannya di pesisir pantai ketika beliau sedang melaksanakan shalat dhuhur di atas ujung pulau karamasan, seorang nelayan yang sedang mencari ikan di laut melihat seseorang sedang melakukan gerakan-gerakan yang sangat aneh karena beliau sedang melaksanakan shalat. Hal ini membuat nelayan kaget dikarenakan gerakan tersebut tidak pernha dilihatnya sebelumnya dan gerakan tersebut dilakukan secara berulang-ulang.
Nelayan yang merasa penasaran tersebut kemudian melaporkannya kepada Raja Binuang, penguasa pada daerah pesisir pantai tersebut. Syekh Abdul Rahim Kamaruddin pun didatangi dan dibawah ke kerajaan. Sang raja yang penasaran tersebut bertanya tentang apa yang dilakukannya di atas bukit pulau karamasan itu. Syekh Abdul Rahim Kamaruddin menjawab kalau itu adalah gerakan keselamatan dan beliau mengakui membawa ajaran keselamatan bagi seluruh masyarakat pesisir. Sang raja yang masih ragu-ragu dengan pernyataan Syekh Abdul Rahim Kamaruddin pun diberikan ujian oleh sang raja diantaranya:
1.      Berjalan di atas air
2.      Melakukan gerakan shalat di atas daun pisang yang masih berdiri tegak
3.      Menggenggam bara api
4.      Berjalan di tiang pohon kelapa
Dengan semua perintah sang raja, Syekh Abdul Rahim Kamaruddin pun dengan pertolongan yang maha kuasa mampu melaksanakan ujian sang raja tanpa kesulitan sedikitpun. Hal inilah yang kemudian menjadi karamah bagi Syekh Abdul Rahim Kamaruddin selama hidupnya untuk membuktikan bahwa ajaran yang dibawakannya adalah ajaran keselamatan.
Setelah wafatnya beliau para murid dan tokoh nmasyarakat pada saat itu kebingungan bagaimana cara memakamkan beliau yang tak mau dimakamkan di daratan dan juga di air, setelah berbincang dan berdiskusi yang  cukup lama akhirnya diputuskan jenazah beliau.
D.     Prosen pemakaman
Kematian Syekh Abdul Rahim Kamaruddin meninggalkan kesulitan bagi para jamaahnya, dikarenakan tak seorangpun tahu dimana beliau akan dimakamkan mengingat pesan beliau sebelum wafat sebagai berikut:
1.      Syekh Abdul Rahim Kamaruddin tak ingin dimakamkan di daratan
2.      Syekh Abdul Rahim Kamaruddin tak ingin di makamkan di laut
Hal inilah yang membuat jamaah dan sang raja bingung atas jenazahnya dan mengadakan perundingan tentang dimana beliau akan dimakamkan. Perundingan ini berlangsung secara lama, busuk atau berbau. Setelah hasil perundingan maka tokoh masyaarakatpun menyimpulkan bahwa jenazah beliau akan dimasukkaan kedalam peti, peti itu pun diletakkan di atas sebuah pohon yang berbatang banyak tapi satu pohon yang memungkinkan peti jenazah tersebut dapat disimpan di atasnya.  Hal ini dilakukan dikarenakan mengingat pesan beliau untuk tidak dimakamkan di atas daratan dan tidak pula dimakamkan di air, sehingga jenazah beliau diletakkan di atas pohon yang memiliki batang lebih dari satu. Meskipun pemakamannya berbeda dari pemakaman pada umumnya namun pemakaman beliau tidak melanggar syariat islam, hal itu dikarenakan di dalam peti tersebut telah dimasukkan tanah sebagai perantara jenazah beliau untuk tetap di makamkan bersama dengan tanah meskipun tidak berada di daratan.
Jenazah beliau yang diletakkan di atas pohon bangko tersebut hidup di laut sekitar 20 meter dari pinggir pantai pulau tangnga yang memungkinkan jenazah beliau dijauhkan dari daratan.  Pulau ini dikatakan pulau tangnga karena posisinya berada ditengah pulau battoa dan pulau karamasan. Pulau tangnga berada sekitar 3 km dari pulau karamasan dan daratan pulau sulawesi.
E.      makam tosalama dimata masyarakat
makam tosalama yang dulunya hanya di letakkan diatas pohon bangko di laut tersebut lambat laun membentuk sebuah bukit yang mengangkat peti jenazah Syekh Abdul Rahim Kamaruddin. Bukit ini terbentuk dari sarang ratusan kepiting yang berada disekitar peti makam jenazah, maka lambat laun peti ini kemudian tersentuh tanah dan ditenggelamkan oleh bukit itu. Juru kunci makam tosalama mengatakn bahwa tiap tahun bukit makam ini selalu meninggi. Ketinggian makam ini dikarenakan semasa hidup Syekh Abdul Rahim Kamaruddin pernah berkata kepada jama’ah bahwa jika ajaran yang dibawanya itu adalah ajaran keselamatan fiiddunnya wal akhirah, maka makamnya nati akan di angkat dan ditinggikan oleh Allah swt.
Saat ini makam ini dianggap masih dapat memberikan keselamatan bagi masyarakt dengan mendatangi makam tersebut dan melakukan kegiatan Massampo di batu nisan makam itu. Tidak ada masyarakat yang berani melanggar pantangan makam ini karena akibatnya sangat fatal bahkan sampai kematian yang tidak wajar. Berita tentang makam ini pun tersebar di seluruh indonesia dan bahkan sampai ke luar negeri. Para peziarah yang datang dari belahan dunia berjumlah 2000 peziarah tiap tahunnya dengan membawa uang, makanan untuk kegiatan ma’baca, berzikir, dan membawa hewan seperti kambing, sapi atau ayam. peziarah ini datang untuk bernazar dan mengadu nasib di makam ini.
F.      Hubungan agama dan kebiasaan masyarakat pesisir
Masyarakat yang pada umumnya sekitar pesisir pantai selalu melakukan Massampo di makam tosalama dan berziarah di makam tersebut. Hal ini yang dikhawatirkan oleh tokoh agama sekitar adalah kegiatan Syirik karena meminta kepada selain Allah dengan memotong hewan seperti kambing, ayam bahkan sapi. Tetapi menurut tokoh masyarakat setempat kegiatan tidak dinilai syirik jika kegiatan tersebut tidak berlebihan, jika hanya berniat untuk berziarah itu boleh-boleh saja.
Hal inilah yang membuat Almarhum Iskandar seorang warga Muhammadiyah dari binuang mendatangi Makam tersebut dan menghancurkan batu pembatas makam tosalama kemudian membuangnya ke laut. Namun kejadian aneh terjadi, batu yang tengah dihancurkan dan dibuang ke laut itu kembali ke tempat semula namun dalam kondisi yang sudah tidak bersambung lagi. Atas kelakuan Iskandar seorang warga muhammadiyah yang menganggap tempat itu adalah tempat kegiatan syirik mengalami sakit yang cukup mengherankan. Beliau mengalami sakit perut yang sangat hebat dan kepala beliau berputar 90 derajat kebelakang. Iskandar pun meminta maaf kepada makam Tosalama dan membawakan seekor kambing untuk disembelih di makam tersebut, atas permohonan maaf tersebut Iskandar yang dulunya sakit keras kini telah pulih dan tak berani menghancurkan makam itu lagi.

0 comments:

Post a Comment